Kau tahu, setiap keputusan yang kita ambil sejatinya kitalah yang bertanggungjawab sepenuhnya. Karena kita yang merasakan, menjalani, jatuh bangun, dan berbahagia karenanya.
Namun, terkadang apa yang kita pilih tidak disukai orang lain, khususnya orang terdekat. Dimana kebanyakan orang bekerja sebagai pegawai kantoran, pabrik, hingga pns barulah dianggap kerja.
Sedangkan yang bekerja sebagai penulis nggak dianggap kerja sama sekali, dianggapnya cuma main, pengangguran, dan mana mungkin bisa hidup sejahtera dari nulis doang. Ini ujian paling melalahkan sih, apalagi yang memaksa-maksa untuk ganti profesi ini orangtua sendiri.
Mungkin orangtua inginnya dipandang statusnya tinggi karena anaknya sukses jadi pns, manager di suatu perusahaan, atau profesi mentereng yang bisa dipamerkan di acara keluarga, masyarakat, dan media sosial.
Rasa bangga yang diinginkan orangtua ini kenapa harus dipaksakan caranya dengan menyuruh-nyuruh si anak untuk bekerja seperti apa yang menurutnya bisa menaikkan statusnya di mata lingkungannya.
Padahal si anak punya hati, punya keinginan, dan perasaan yang layak dihargai untuk memilih bekerja sebagai apa, termasuk menjadi penulis.
Akhirnya si anak merasa rendah diri dan depresi karena selalu saja disinggung kalau pekerjaannya sampah dimata orangtua. Kalau hal ini terus berlanjut, hubungan keduanya bisa merenggang.
Anak nggak pernah minta dilahirkan, anak nggak berhutang apapun pada orangtua, dan orangtualah yang menginginkan anak tersebut untuk lahir.
Kalau memang orangtua ingin anak yang dilahirkannya bahagia, tolong hargai pilihan yang diambil si anak mau berkarir apapun sesukanya. Selama profesinya halal, tidak merugikan orang lain dan orangtua, biarkanlah. Anakmu lebih butuh dukunganmu ketimbang memaksakan semua ekspektasi yang tak bisa kamu raih tapi dipaksakan ke anak untuk bekerja diranah yang kamu inginkan.
Anakmu hanya ingin menjadi penulis, itu saja.
0 komentar